Keretek Bandung Kendaraan Tempo Doeloe yang Anti Polusi Dan Radikal Bebas
BANDUNG-Perkembangan dunia otomotif semakin hari semakin canggih, namun ada efek negatif dari banyaknya pertumbuhan populasi kendaraan otomotif tersebut, yaitu kandungan karbondioksida atau oksidan bagi kesehatan manusia dan lingkungan, kandungan radikal bebas diantara udara bebas
Di beberapa kota besar di Indonesia sudah memberlakukan car free day di hari libur, dan itu bertujuan untuk menekan polusi udara atau radikal bebas di kota tersebut.
Seperti di jalan Braga Kota Bandung, Pemkot mengatur bahwa pada hari Sabtu dan Minggu kawasan Braga ini hanya untuk pejalan kaki, kendaraan otomotif sama sekali dilarang melintas.
Selain Carr Free Day itu, di sejumlah sudut kota Bandung kendaraan bebas polusi seperti Keretek (Delman, Sado, Andong) juga nampak, salahsatunya berlokasi di Alun alun Masjid Raya Bandung, sejumlah Keretek mangkal disana.
Kendaraan Tempo Doelu sejak jaman kolonial itu. pastinya non oksidan, dan mendukung pemerintah kota menekan polusi udara bebas. Namun skalanya masih kecil. karena jumlah Keretek tersebut masih terhitung jari.
Namun, kedepan bisa saja pemkot atau pemkab, membuat sebuah aturan untuk hari libur warganya diwajibkan bersepeda atau naik kendaraan non polusi, seperti Keretek yang bisa manarik banyak orang atau muatan barang.
Dengan demikian, nantinya pula populasi atau jumlah Keretek di kota tersebut akan semakin banyak, seiring dengan kebutuhan masyarakat kota tersebut atau meningkatnya daya tarik masyarakat terhadap Keretek atau kendaraan berkuda.
Peningkatan populasi itu, nantimya akan berdampak pada menurunnya efek rumah kaca atau menekan polusi udara dan radikal bebas
Kota besar seperti Bandung, sejumlah "Keretak" kendaraan sejak jaman Kolonial Belanda ini masih nampak terlihat di sudut sudut Kota Bandung, tak banyak mungkin bisa dibilang jari.
Meski jumlahnya masih sedikit, namun cukup memberi signal bahwa Keretek inilah kendaraan rakyat jaman dulu, yang non polusi, tentunya mendukung sejuk nya sebuah kota di "Kota Bandung" .
Sebut saja, Bah Nandang atau orang mengenalnya Bah Dayut asli Soreang Bandung, salahsatu Kusir Keretek Bandung, dan biasa mangka di alun alun Kota Bandung setiap Sabtu dan Minggu atau hari libur weekend.
Dia menuturkan, sudah sejak tahun 1970an mengurus Kuda, hingga ke Kota Metro Jakarta di Pulo Mas, mengurus kuda kuda di arena pacuan kuda. Dan akhirnya kembali ke kampung halamannya di usia tuanya.
Namun dia tetap mencintai profesinya mengurus kuda dan menjadi Kusir Keretek (Sado, Delman) di kota kelahirannya, sementara yang di Jakarta diteruskan oleh anak nya.
Dikatakannya, bila ada warga ingin keliling seputaran Kota Bandung ini, dia memasang tarif dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000, tergantung jauh dekat nya.
"Ya Alhamdulillah, kalau hari Sabtu Minggu atau hari libur lainnya, biasa mangkal di alun alun Kota Bandung ini, ada saja penumpang mah, ingin keliling atau. mengantar ke tempat tujuan," kata Bah Dayut.
Nah jika anda ke Kota Bandung, silahkan mencoba menumpang Keretek ini, yang anti polusi, radikal bebas dan menambah sejuk nya kota dari bisingnya kedaraan otomotif.
Bah Nandang (Bah Dayut) Kusir Keretek asal Soreang Bandung, tetap bertahan diantara deru bisingnya kendaraan otomotif di Kota Bandung.